Dampak Besar Sport Tourism terhadap Perekonomian dan Citra Indonesia di Mata Dunia

sport tourism
0 0
Read Time:7 Minute, 35 Second

Dampak Besar Sport Tourism terhadap Perekonomian dan Citra Indonesia di Mata Dunia

Sport tourism atau pariwisata olahraga kini menjadi salah satu sektor pariwisata paling menjanjikan di dunia. Sport tourism merujuk pada perjalanan wisatawan ke suatu daerah atau negara untuk menonton, mengikuti, atau mendukung kegiatan olahraga. Dalam beberapa tahun terakhir, sport tourism tumbuh sangat cepat karena minat masyarakat global terhadap olahraga terus meningkat. Negara-negara berlomba menjadi tuan rumah ajang olahraga untuk menarik jutaan wisatawan dan investasi.

Indonesia, yang dulu hanya dikenal sebagai negara penonton, kini mulai muncul sebagai tuan rumah penting sport tourism Asia. Dalam lima tahun terakhir, Indonesia menyelenggarakan banyak ajang olahraga internasional besar: MotoGP di Mandalika, World Superbike, Piala Dunia U17, FIBA Basketball World Cup, dan Asian Games 2018 yang sukses besar. Semua ini mengubah posisi Indonesia dari sekadar pasar penonton menjadi pemain utama dalam industri sport tourism global.

Sport tourism bukan hanya soal olahraga, tapi juga mesin ekonomi dan diplomasi budaya. Ajang olahraga menarik wisatawan, menciptakan lapangan kerja, membangun infrastruktur, meningkatkan citra negara, dan memperkuat rasa kebanggaan nasional. Namun sport tourism juga menuntut investasi besar dan manajemen profesional. Indonesia harus mengelola sektor ini dengan strategi jangka panjang agar tidak hanya menjadi event sesaat, tapi motor pertumbuhan berkelanjutan.


Perkembangan Sport Tourism di Indonesia

Sport tourism di Indonesia mulai berkembang pesat setelah keberhasilan Asian Games 2018 di Jakarta-Palembang. Event itu diikuti lebih dari 11.000 atlet dari 45 negara dan disaksikan ratusan ribu penonton. Penyelenggaraan yang sukses menaikkan citra Indonesia di mata dunia sebagai tuan rumah olahraga berkelas. Setelah itu, pemerintah mulai serius mengembangkan sport tourism sebagai bagian strategi pariwisata nasional.

Pemerintah membangun infrastruktur besar seperti Jakarta International Stadium, Papua Bangkit Stadium, GBK renovasi total, dan Mandalika International Circuit. Sirkuit Mandalika menjadi ikon baru sport tourism Indonesia, menjadi tuan rumah MotoGP dan World Superbike. Ajang ini menarik puluhan ribu wisatawan mancanegara ke Nusa Tenggara Barat, wilayah yang sebelumnya tidak populer wisata massal.

Selain ajang besar, banyak event olahraga menengah seperti triathlon, maraton, surfing, dan e-sport digelar di berbagai daerah: Bali, Banyuwangi, Labuan Bajo, hingga Danau Toba. Ini menciptakan sport tourism berbasis alam yang memadukan keindahan destinasi dengan olahraga. Pemerintah daerah berlomba menggelar event untuk mempromosikan pariwisata mereka.

Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) bahkan membentuk divisi khusus untuk sport tourism dan menetapkan kalender nasional event olahraga. Sport tourism dimasukkan dalam rencana pengembangan 10 destinasi super prioritas. Ini menunjukkan sport tourism bukan lagi tambahan, tapi strategi utama penggerak pariwisata Indonesia.


Dampak Ekonomi Sport Tourism

Sport tourism memberi dampak ekonomi langsung sangat besar. Event olahraga internasional mendatangkan ribuan wisatawan mancanegara dan domestik. Mereka menginap di hotel, makan di restoran, menyewa transportasi, membeli tiket, dan berbelanja produk lokal. Semua ini menciptakan lonjakan pendapatan bagi pelaku UMKM lokal.

Contohnya MotoGP Mandalika 2022. Event ini dihadiri lebih dari 100 ribu penonton, sebagian besar dari luar Lombok. Hotel-hotel penuh, harga sewa melonjak, restoran dan toko suvenir kebanjiran pelanggan. Kemenparekraf mencatat perputaran uang mencapai lebih dari Rp3 triliun hanya dalam satu pekan. Ini dampak ekonomi yang setara dengan beberapa bulan pariwisata biasa.

Sport tourism juga menciptakan lapangan kerja langsung dan tidak langsung. Ratusan ribu tenaga kerja terserap dalam penyelenggaraan event: panitia, keamanan, media, penerjemah, transportasi, katering, relawan, hingga vendor. Sektor perhotelan, restoran, dan transportasi juga merekrut banyak pekerja musiman. Ini mengurangi pengangguran di daerah tujuan wisata.

Selain itu, sport tourism mempercepat pembangunan infrastruktur. Jalan, bandara, pelabuhan, dan stadion dibangun atau diperbaiki untuk event. Infrastruktur ini kemudian memberi manfaat jangka panjang bagi masyarakat dan pariwisata umum. Mandalika misalnya kini memiliki bandara internasional modern dan jalan bypass cepat karena MotoGP.


Dampak Terhadap UMKM dan Ekonomi Kreatif

Sport tourism memberi peluang besar bagi UMKM dan pelaku ekonomi kreatif lokal. Event olahraga menciptakan permintaan tinggi untuk makanan lokal, suvenir, kerajinan, pakaian, dan jasa kreatif. Banyak UMKM Lombok mendapat pesanan suvenir MotoGP dalam jumlah besar, dari kaus, topi, tas, hingga makanan ringan khas.

Event juga memberi panggung bagi seniman lokal menampilkan budaya mereka di upacara pembukaan, hiburan, dan festival pendukung. Ini memperkenalkan budaya Indonesia ke wisatawan internasional dan membuka peluang kerja kreatif baru. Banyak musisi, penari, fotografer, dan desainer lokal mendapat proyek dari sport tourism.

Pemerintah daerah mulai menyadari hal ini dan membentuk kurasi UMKM untuk event besar. UMKM diberi pelatihan kualitas, desain, dan manajemen agar siap memenuhi permintaan global. Ini membuat sport tourism menjadi penggerak langsung ekonomi kreatif lokal, bukan hanya pariwisata.


Dampak Terhadap Citra dan Diplomasi Indonesia

Sport tourism juga punya dampak besar terhadap citra dan diplomasi budaya Indonesia di mata dunia. Event olahraga berskala internasional disiarkan ke ratusan negara dan ditonton ratusan juta orang. Ini menjadi ajang promosi citra bangsa secara gratis.

Asian Games 2018 membuat dunia terkejut dengan kemampuan Indonesia menyelenggarakan event megah. MotoGP Mandalika memperlihatkan pemandangan spektakuler Lombok ke penonton global. FIBA World Cup menampilkan stadion modern Indonesia. Semua ini mengubah persepsi dunia bahwa Indonesia bukan negara tertinggal, tapi negara modern dengan infrastruktur dan SDM unggul.

Sport tourism juga menjadi alat diplomasi lunak (soft power). Saat menjadi tuan rumah, Indonesia menjalin hubungan baik dengan federasi olahraga, negara peserta, sponsor global, dan media internasional. Ini membuka peluang kerja sama internasional di bidang olahraga, pariwisata, pendidikan, dan investasi.

Bagi masyarakat dalam negeri, sport tourism menumbuhkan rasa bangga dan nasionalisme. Melihat bendera Merah Putih berkibar di event dunia menumbuhkan kepercayaan diri kolektif bahwa Indonesia bisa bersaing di level global. Ini penting untuk membangun mental bangsa yang percaya diri.


Tantangan dalam Mengembangkan Sport Tourism

Meski menjanjikan, sport tourism juga punya banyak tantangan. Pertama, biaya penyelenggaraan tinggi. Event besar butuh infrastruktur mahal, logistik rumit, dan keamanan ketat. Jika tidak dikelola profesional, biaya bisa membengkak dan merugi. Asian Games 2018 menghabiskan lebih dari Rp30 triliun. Pemerintah harus hati-hati agar investasi tidak mubazir.

Kedua, keberlanjutan. Banyak event hanya memberi lonjakan ekonomi sesaat, lalu infrastruktur mangkrak. Stadion besar sering kosong setelah event karena tidak ada liga lokal yang memakainya. Pemerintah harus memastikan ada kalender rutin agar fasilitas tetap terpakai dan ekonomi terus bergerak.

Ketiga, kapasitas SDM. Penyelenggaraan event internasional butuh manajemen profesional, logistik skala besar, dan SDM berbahasa asing. Banyak daerah belum siap, sehingga harus mendatangkan tenaga dari Jakarta. Ini menambah biaya dan mengurangi manfaat lokal. Perlu pelatihan SDM olahraga dan pariwisata di daerah.

Keempat, dampak lingkungan. Event besar menciptakan sampah, polusi, dan kemacetan. Mandalika sempat dikritik karena sampah berserakan usai MotoGP. Sport tourism harus diiringi manajemen lingkungan ketat agar tidak merusak destinasi.

Kelima, ketimpangan daerah. Saat ini sport tourism masih terpusat di Jakarta, Bali, dan Lombok. Daerah lain jarang mendapat kesempatan. Pemerataan penting agar manfaat sport tourism dirasakan seluruh Indonesia, bukan hanya segelintir wilayah.


Strategi Pengembangan Sport Tourism Indonesia

Untuk menjadikan sport tourism sebagai motor pertumbuhan berkelanjutan, Indonesia butuh strategi jangka panjang. Pertama, membuat kalender event nasional rutin. Harus ada event olahraga internasional setiap tahun di berbagai daerah agar infrastruktur tidak menganggur. Pemerintah pusat bisa bekerja sama dengan federasi olahraga dunia untuk mendatangkan event.

Kedua, membangun destinasi sport tourism tematik. Setiap daerah bisa fokus ke olahraga sesuai keunggulan: Lombok untuk balap motor, Bali untuk surfing, Banyuwangi untuk triathlon, Danau Toba untuk olahraga air, Papua untuk panjat tebing alam. Ini membuat Indonesia punya portofolio sport tourism beragam.

Ketiga, memperkuat ekosistem pendukung. Bandara, hotel, transportasi, layanan kesehatan, keamanan, dan SDM harus ditingkatkan agar siap event skala global. Pemerintah daerah harus punya satuan kerja khusus sport tourism untuk koordinasi.

Keempat, melibatkan UMKM dan komunitas lokal sejak awal. Mereka harus diberi pelatihan kualitas produk, manajemen, dan promosi agar bisa jadi pemasok event. Ini memastikan sport tourism memberi manfaat langsung ke masyarakat, bukan hanya pengusaha besar.

Kelima, menerapkan prinsip keberlanjutan. Harus ada standar manajemen lingkungan untuk event: pengelolaan sampah, energi hijau, transportasi publik, dan perlindungan ekosistem. Ini penting agar sport tourism tidak merusak alam yang justru menjadi daya tarik utama Indonesia.


Masa Depan Sport Tourism Indonesia

Melihat tren global, sport tourism akan terus tumbuh pesat. Nilai pasar sport tourism dunia mencapai ratusan miliar dolar dan masih naik setiap tahun. Indonesia berpeluang besar menjadi pusat sport tourism Asia Tenggara jika mengelolanya serius.

Dalam satu dekade ke depan, Indonesia bisa menjadi tuan rumah rutin berbagai kejuaraan dunia lintas cabang. Mandalika bisa jadi ikon Asia untuk balap motor. Danau Toba bisa jadi pusat olahraga air dunia. Papua bisa jadi destinasi sport adventure alam. Ini akan menyebarkan pertumbuhan ekonomi ke luar Jawa.

Sport tourism juga akan mempercepat modernisasi olahraga nasional. Infrastruktur, manajemen, dan SDM olahraga Indonesia akan meningkat karena sering menyelenggarakan event global. Ini akan berdampak positif pada prestasi atlet Indonesia di kancah dunia.

Yang tak kalah penting, sport tourism bisa menjadi alat diplomasi budaya utama Indonesia. Saat ribuan jurnalis dan penonton global datang, mereka melihat budaya, keramahtamahan, dan kemajuan Indonesia secara langsung. Ini membangun citra bangsa yang positif, memperkuat posisi Indonesia di mata dunia.


Kesimpulan dan Penutup

Kesimpulan:
Sport tourism Indonesia berkembang pesat dan membawa dampak besar: mendongkrak ekonomi lokal, menciptakan lapangan kerja, membangun infrastruktur, memperkenalkan budaya, dan meningkatkan citra bangsa. Namun tantangannya besar: biaya tinggi, keberlanjutan, SDM, lingkungan, dan ketimpangan daerah.

Refleksi untuk Masa Depan:
Jika dirancang dengan kalender rutin, ekosistem kuat, pelibatan UMKM, dan prinsip keberlanjutan, sport tourism bisa menjadi motor pertumbuhan ekonomi nasional sekaligus alat diplomasi budaya yang memperkuat posisi Indonesia di mata dunia. Ini peluang emas yang tidak boleh disia-siakan.


📚 Referensi

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %